“Tuliskan
rencanamu dengan pensil, biarkan penghapusnya di Tangan Allah. Agar IA
menghapus bagian yang keliru, dan menggantinya dengan rencana yang lebih indah.
Innallaha Ma’ana.”
Seorang teman SMA pernah mengirim SMS
demikian, mengingat kalimat indah pada senja yang hangat di selasar
masjid Kubah Emas Depok, memoriku menggelinding ke segaris waktu di masa lalu. Masa
kecilku.
Dulu, iya dulu sekali, sewaktu masih SD,
suka sekali Aku membaca majalah-majalah bekas yang dibawa Mamak dari bosnya. Macam
majalah Junior, Kartini, Paras dan Hidayah (iyaaa, dulu baca majalah Hidayah
yang ceritanya kubur meledak gitu, wkwkwk).
“Aku
rela di penjara, asalkan bersama buku, karena dengan buku Aku bebas.” Sepakat
dengan kalimat Bung Hatta itu. Buku, ya, buku bisa membuat Aku bebas meski
gerakku serba
terbatas. Gara-gara baca buku, tepatnya baca majalah-majalah yang dibawa Mamakku itu, Aku jadi tahu tempat-tempat yang sebelumnya tak terbayangkan, salah satunya, Masjid Kubah Emas di Depok.
terbatas. Gara-gara baca buku, tepatnya baca majalah-majalah yang dibawa Mamakku itu, Aku jadi tahu tempat-tempat yang sebelumnya tak terbayangkan, salah satunya, Masjid Kubah Emas di Depok.
Senja di Masjid Kubah Emas |
Zaman itu mana bisa terealisai, anak
kampung di pelosok Jawa Tengah ke kota Depok? Salah satu kota yang masuk ke
dalam jajaran kota hits yang sering disebut-sebut sama mbak-mbak penyiar berita di televisi, “JaBoDeTaBek”. Mana mungkin bisa,
teman-teman sekelas studytour ke kota
seberang saja tak ada biaya untuk ikut. Semasa SMA teman-teman satu sekolah
berbondong-bondong studytour ke Jakarta-Bandung-Bogor
saja, hanya bisa ngiler lihat oleh-oleh foto dari mereka.
Seiring selepas berlalunya waktu, mulailah
lupa ingatan mimpi-mimpi simpel semasa kecil yang ingin ke monas, istiqlal,
Kubah Emas, ingin ini itu banyak sekali. Daaan, hari ini, saat kaki-kaki ini selonjoran di pelataran Masjid Kubah
Emas, seketika jarum ingatan itu berdenting, MaasyaAllah, hampir semua impian
semasa kecil betul-betul sudah tercapai. Allah tak hanya sekedar memberikan
hadiah liburan ke tempat-tempat yang dimimpikan pada masa kecil itu, Allah beri
lebih! Mengizinkan untuk menetap dalam waktu yang cukup lama di tempat-tempat
ini.
Jalan Asia-Afrika Bandung |
Begitu indah Allah memberi hadiah untuk
hamba-Nya. Di balik setiap kesabaran, sekalipun sebuah kesabaran anak kecil,
Allah tetap memberikan bonus berlipat-lipat. Padahal mah dulu sempat juga ada
rasa sedih, kecewa, kenapa tak punya uang untuk sekedar ikut studytour. Kenapa dan kenapa, selalu ada
banyak “kenapa” saat diri menjadi terlihat berbeda dengan orang kebanyakan,
hanya karena tak mampu mencapai apa yang orang kebanyakan miliki.
Sekarang jadi haru sendiri membaca semua
hikmah.
“Bang,
makasih yaa udah ngajak ke Kubah Mas ini, aku jadi inget dulu pas kecil pernah
punya mimpi ke sini. Padahal mah tadinya
aku ogah-ogahan yak, hehe.” Kataku pada
tukang ojek langganan yang katanya mau antar ke mana pun sampai nanti mau
ngojek ke surga-Nya. Jawaban dia padaku,
“Niatkan setiap gerak kita untuk
bermunajat di rumah-rumah-Nya. Semoga Allah wujudkan ke rumah-Nya di seluruh
belahan bumi-Nya.”
Begitu banyak rencana-Nya yang masih belum
bisa ditebak. Seperti kamu, ojek langgananku yang penuh kejutan. Mengantarkanku
ke tempat-tempat misterius yang ternyata pernah ku kunjungi pada mimpi-mimpiku
di masa lalu. Hal-hal yang dulu mustahil, bersamamu, dan atas restu-Nya, kini
menjadi nyata. Dan, bukankah kita masih menyimpan berjuta harapan dalam kotak
mimpi kita? Semoga Allah wujudkan.
”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengatahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Kalimat pembukanya langsung bikin terenyuh .
BalasHapus