Meski
kau misteri
Tuk
masa depanku
Aku
akan, selalu setia
Membenahi
diri, hingga saatnya nanti.
Selama
kumenunggu, kan kujaga hati ini. –Makmum Terbaik-
Menanti datangnya jodoh bagi sebagian singelillah adalah suatu hal yang
memilukan, mendebarkan, menyebalkan, mungkin? Iya nggak? Atau bahkan menjadi momen untuk terus memantaskan diri. Beda,
jelas beda antara satu singelillah
dengan singelillah lainnya dalam
proses penantian ini. Hanya oh hanya, apakah setelah usai proses penantian panjang
ini, usai sudah kisah kita dengan segala hal yang berbau penantian? Jawabnya
ternyata, tidaaaak!
Tidaaak!!! Harus panjang gitu ya kata
tidaknya, hehe. Ya, kisah soal penantian ini
ternyata belum berakhir. Seperti halnya pertanyaan yang diulang-ulang itu. Pertanyaan yang bisa jadi menyakitkan, menggelitik, menyesakkan, atau biasa saja.
ternyata belum berakhir. Seperti halnya pertanyaan yang diulang-ulang itu. Pertanyaan yang bisa jadi menyakitkan, menggelitik, menyesakkan, atau biasa saja.
“Kapan wisuda?’
“Kapan nikah?”
“Kapan punya anak?”
“Kapan nambah anak?”
Daaan, yah, hari ini saya sedang di fase
pertanyaan ke tiga itu, “Kapan punya anak?” Awalnya sih, bodo amat dengan
pertanyaan macam itu, maklum dong masih menikmati masa pacaran halal pasca
nikah, atau yang biasa disebut dengan ta’aruf terpanjang dalam hidup. Daaan,
aselinya masih tak layak diriku kalau sharing tentang hal ini, yaiyalah orang
umur pernikahan masih bau kencur gini, belum ada pengalaman panjang para senior
yang perjuangannya, perjalanan hidup pasca menikah jauuuuh lebih panjang. Tapi
tenanglah, saya tak sedang berkeluh kesah dengan diri yang, em.., belum juga
dikarunia momongan, tapiii, mau sharing buku
kece yang sudah saya baca.
I Am Sarahza.
Novel I Am Sarahza_septiayuazizah@blogspot.com |
Seperti halnya romance yang menghadirkan bumbu-bumbu romansa menggelitik, I Am
Sarahza pun tak luput dari kisah pertemuan Hanum-Rangga yang manis macam
brownies, tentang pilihan-pilihan hidup yang harus diputuskan dengan cermat dan
tepat, tentang keteguhan, keniscayaan dalam berumahtangga dengan bumbu-bumbu
perjalanan hidup di Vienna yang membuat iri sekaligus kagum. Tentang keluarga
yang selalu hadir dalam setiap masa mudah maupun sulit, tentang doa-doa yang
terus melesat, tentang keyakinan sekaligus ketidakmantapan hati, hingga kisah
tentang Sarahza, takdir yang diminati sekaligus dinanti Hanum-Rangga.
Menegangkan, dan akan dibuat “wah”
berkali-kali mengikuti alur cerita I am Sarahza. Hanum dengan sukses membuat
diri ini sadar bahwa di sekitar kita, bisa jadi, ada begitu banyak wanita yang
berjuang menjemput takdirnya sebagai seoarang Ibu seutuhnya. Menyapa takdir
yang telah ditetapkan dengan cara-cara-Nya yang tak mudah ditebak. Melampaui
kesabaran, keberanian, keteguhan manusia yang nyatanya serba terbatas.
“....6
kali bayi tabung, 4 kali inseminasi, puluhan kali terapi, jutaan kali doa tak
bertepi, berkalang badai depresi, hingga akhirnya satu Sarahza terjadi...” Begitu
kata Hanum dalam perjuangannya menjemput buah hati yang diingininya, Sarahza.
Jatuh bangun Hanum-Rangga menjemput impian mereka menjadi orang tua. Sebelas
tahun penantian, melewati puluhan terapi, menghadapi ratusan jarum suntik,
sayatan pisau operasi, gagal inseminasi, berkali-kali mencoba-menyerah dengan
bayi tabung, hingga depresi melanda. Ya, seorang yang kita anggap sempurna
hidupnya pernah mengalami depresi dalam hidupnya.
Manusia
bilang di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Tapi bagiku, ruh yang telah
dinasibkan di Lauhul Mahfuzh, selama manusia memelihara harapan, maka aku akan
selalu hidup. Meski segala ilmu manusia akhirnya bertekuk lutut pada Pencipta
Ilmu Segala Ilmu.-I Am Sarahza.
Terima kasih Hanum-Rangga telah menulis I
Am Sarahza, sebuah novel yang bukan sekedar kisah klasik penuh intrik. I Am
Sarahza, mengajariku yang masih sepi pengalaman ini banyak hal. Salah satunya,
keberanian. Keberanian untuk terus yakin dan percaya, takdir setiap hamba bisa
dijemput lewat usaha yang membumi dan doa yang melangit. Setiap kita berhak
atas setiap kesempatan, hanya, seberapa dekat kita dengan Robb Yang Maha Pengabul
Doa, adalah penentu seberapa dekat kita dengan takdir, hingga pada titik merengkuh
sepenuhnya.
“Bersemangatlah
untuk meraih apa-apa yang manfaat bagimu. Mintalah pertolongan pada Allah, dan
janganlah bersikap lemah.” (HR. Muslim)
Cerita yang bagus dan Inspiratif kak
BalasHapusTerima kasih, semoga bermanfaat yaa...
Hapus