Bertahun-tahun menjadi guru, kali pertama saya tahu istilah Guru Transformasional sewaktu mengikuti pelatihan ROOTS Edu oleh NICE Indonesia, pada tanggal 5-8 September 2019. Eiiits, tak salah tulis itu 2019? Tahun lalu dong? Yups, setahun yang lalu ingin sekali berbagi cerita keseruan pelatihan ROOTS Edu, namun baru kasampaian sekarang.
Menjadi guru di era pandemi ini banyak sekali tantangannya, harus mau belajar dengan kecanggihan teknologi yang cepat sekali berubah. Belum lagi menghadapi dinamika pembelajaran jarak jauh dengan segala dramanya, kadang jadi naik turun semangatnya untuk bisa menciptakan trobosan baru dalam pembelajaran agar bisa menjadi guru yang transformasional.
Guru Transformasional, kenapa guru harus bertransformasi? Begitu yang saya pikirkan begitu kaki menjejak di LPMP Jakarta, tempat pelatihan yang berlangsung selama empat hari itu. Pertanyaan itu segera terjawab setelah saya dan 73 peserta perwakilan dari 24 Sekolah se Jabodetabek masuk ke masing-masing ruang kelas sesuai dengan kelompok kami.
Sebelumnya, kami sudah saling berkenalan di grup Whatsapp Roots Edu Indonesia 1, kelas atau kelompok kami berjumlah 26 guru dengan empat fasilitator keren dari NICE Indonesia. Beruntung sekali dipertemukan dengan empat fasilitator kece, yakni Coach Fachri Tanjung, Coach Marya Jasmine, Coach Sulistami Prihandini, dan Coach Dian. Yang mana beliau-beliau merupakan coach, fasilitator, sekaligus education consultan, yang membuat empat hari saya terasa sangat spesial, hoho.
Jadi, apa jawaban dari pertanyaan kenapa harus menjadi guru transformasional? Yuks, simak sampai habis ya, saya akan berbagi materi dan serunya kelas ROOTS Edu oleh NICE Indonesia.
Kenalan dengan NICE Indonesia
Dikutip dari NICE Indonesia memiliki kepanjangan NAMA Integrated Center of Excellence (NICE) Indonesia yang berdiri pada tanggal 29 Januari 2018 sebagai sebuah inisiatif global NAMA Foundation. NAMA Foundation merupakan organisasi pemberdayaan yang berfokus pada bidang pendidikan dan third-sector. Dalam program pendidikan, intervensi yang dilakukan mencakup siswa, guru, serta pengelola institusi pendidikan baik sekolah dasar dan menengah maupun perguruan tinggi.
Bikin ternganga nih, NAMA Fondation merupakan organisasi Internasional dengan wilayah cakupan yang telah menerima bantuan program yakni Tanzania, Kyrgiztan, Palestina, Yaman, Lebanon, Indonesia, dan Malaysia.
NICE Indonesia hadir untuk memperkuat masyarakat melalui pengembangan kapasitas, penciptaan program yang berdampak kuat, serta layanan pengembangan manusia untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
NICE Indonesia memiliki banyak program, salah satunya ROOTS Program. Program Roadmap Of Outstanding Educators atau disingkat ROOTS, merupakan kegiatan pelatihan yang menghasilkan para pendidik yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan abad 21. Nah, jadi fokus untu program ROOTS ini adalah para pendidik atau guru ya.
ROOTS memiliki dua program, jakni ROOTs Softskill dan ROOTS FIRST Edu, saya lebih familiar dengan ROOTS Edu. ROOTS Softskill fokus pada ketrampilan:
- Bersikap Asesrtif (Assesrtiveness)
- 6 Topi Berpikir (The 6 Thinking Hats)
- Penyelesaian Konflik (Conflict Resolution)
- Penyelesaian Masalah secara Kreatif (Creative Problem Solving)
- Mendengarkan secara Aktif (Active Listening).
Untuk Program ROOTs FIRST Edu, merupakan Framework atau teknik pengajaran berbasis penelitian. Basis dari FIRTS Framework, yakni:
- Penelitian ekstensif dalam Psikologi Pendidikan
- Neuropsikologi
- Psikologi Kognitif
- Ilmu Desain Pemikiran yang bertujuan untuk memberikan pengalaman Active Deep Learner Experience (ADLX)
- Mengubah proses pembelajaran dari yang berpusat pada guru (Teacher Centric) menjadi berpusat kepada siswa (Learner Centric)
Nah, program yang saya ikuti ialah ROOTS FIRST Edu Framework. Sampai di sini pusing kah dengan banyak istilah baru? Awalnya, saat berangkat dari Depok ke LPMP di Jakarta Selatan, saya berpikir bakal pusing lihat slide, ceramah pembicara yang membosankan, ngantuk apalagi semalam saya begadang baru bisa tidur pukul dua dini hari, alamak, bisa tidur sepanjang pelatihan saya. Surprisenya, meski banyak istilah asing, pelatihan FIRST Edu Framework ini berhasil mengusir rasa kantuk, daging banget ilmunya Sob, bikin saya on air tak mau ketinggalan satu huruf pun yang diucapkan oleh fasilitator.
Apa itu FIRST Edu Framework?
FIRST merupakan framework yang digunakan agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif, serta memastikan implementasi pembelajaran mencakup tidak hanya ranah pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) namun juga ranah sikap (attitude). Kabar baiknya FIRST Framework diharapkan mampu membuat perubahan dalam pola pikir dan perilaku peserta didik.
FIRST Framework adalah panduan komprehensif yang terdiri atas 5 domain dan memiliki 3 prinsip di setiap domainnya. Lima belas prinsip ini penting untuk memberikan dampak yang berkelanjutan pada peserta didik dan mencapai pengalaman belajar yang sukses.
Apa saja 5 domain FIRST Framework?
- F Domain : Focusing
- I Domain : Interacting
- R Domain : Reviewing
- S Domain : Sequencing
- T Domain : Transforming
Untuk penjelasan masing-masing domain, tunggu tulisan berikutnya ya Sob, hehe. Kelima domain tersebut, menjadi kunci agar seorang guru bisa menjadi guru transformasional, bisa tak ya semua guru bertransformasi?
Guru Trasnformasional: Bisakah?
FIRST Edu melalui pelatihan dan pendampingan mengajak kepada para pendidik untuk menyempurnakan proses pembelajaran serta membuat dampak yang besar di masa depan pada sistem pendidikan di seluruh dunia dan membuka era baru pendidikan yang sesuai dengan pembelajaran abad 21.
Sesuai dengan Misi utama dari program ROOTS, yang ingin melakukan proses transformasi pendidik dari guru yang memiliki pendekatan tradisional dalam mengajar menjadi guru yang bersifat transformasional.
Guru yang transformasional merupakan seorang pendidik yang menjadi agen perubah dalam pendidikan yang memiliki pola pikir yang terbuka dan maju. Guru yang sekaligus menjadi Murobbi yang dapat menanamkan etika, akhlak dan moral pada muridnya. Guru yang mempunyai kemampuan mendidik di abad 21 melalui teknik fasilitasi dan pendampingan yang memberdayakan dan menumbuhkembangkan muridnya menjadi pribadi yang merdeka, berpikir reflektif, dan sadar sebagai manusia pembelajar sepanjang hayatnya.
Duuh, jadi merinding, keren banget nggak sih Sob, goal yang ingin dicapai dari pelatihan ini? Ruh yang hidup dalam FIRST Edu Framework ini yang membuat empat hari pelatihan tak ada rasa bosan, dan selalu penasaran dengan kejutan dan ilmu apa lagi yang akan didapatkan. Apalagi selama pelatihan, peserta mendapat fasilitas arama dan ruang pelatihan yang nyaman, snack dan makanan bergizi, materi dari fasilitator yang full energi dan semangat, sertifikat dan full energizer yang mebuat mata on air terus.
Oke sob, itu tadi program pelatihan ROOTS FIRST Edu Framework dari NICE Indonesia yang mengajak para guru menjadi guru transformasional. Selengkapnya tentang FIRST Framework tunggu tulisan berikutnya ya. Semoga bermanfaat.
Selamat bu. Guru, jadi kangen lagi ngajar dan pelatihan baca artikel ini.
BalasHapusKan bunda ngajar selalu, di mana pun, kapan pun. Ruang mengajarnya tak terbatas. hehe
HapusSekarang ternyata sudah banyak pelatihan untuk para guru-guru. Semoga pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi dan sukses selalu untuk para guru.
BalasHapusBelum merata sebenarnya mba, terutama di daerah 3T. Aamiin..
HapusWah softskill yang diajarkan keren semua!
BalasHapusSoftskilnya diajarkan pada program training yang berbeda, bikin mupeng pingin ikutan semua programnya NICE siih
HapusJadi guru transformasi itu aa ya..hehe
BalasHapus