Ngobrolin tahun 2021 tidak lepas dari segala macam perencanaan, salah satunya perencanaan karir. Rencana, rencana, rencana, yups dalam hidup semua harus direncanakan dengan matang, kata orang bijak, “gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.” So, setiap kita pasti tak ingin gagal dalam hidup kan? apalagi dalam berkarir. Yuk kita buka lembaran baru tahun ini dengan membuat perencanaan karir tahun 2021.
Akhir tahun kemarin, saya dan suami (Pandu Heru Satrio atau Bang Pandu) sempat berdiskusi tentang perencanaan karir. Bincang perencanaan karir saya dan partner hidup saya ini kemudian saya rangkum dalam artikel ini. Semoga bermanfaat buat kalian yang sedang mencari referensi ya Sob!
Berkarir atau Passion?
“Alah, pusing-pusing amat mikirin passion. Gue sih, mau makan mie ayam, lo aja sana makan passion”.
“Kerja sesuai passion, omongk kosong! Apalah gue yang hanya skrup industri kayak gini.”
Pernah mendengar teman atau kawan atau akun-akun sosmed berkicau dengan kalimat itu? Atau kalian punya kata-kata lain yang menggambarkan tentang betapa pekerjaan yang dilakukan kebanyakan orang, tidak sesuai dengan kenyamanan mereka, untuk tidak menyebutnya passion.
Sebuah penelitian pada tahun 2017 menyebutkan, 71,7% para professional atau pekerja sektor formal di Indonesia, bekerja tidak sesuai dengan jurusan yang mereka geluti selama di kampus (ICCN, 2017). Ngomong-ngomong tentang fakta tersebut, ternyata ada yang lebih menarik lagi, 87% mahasiswa di Indonesia ternyata mengaku salah jurusan dengan pilihannya (ICCN, 2017)
Gimana mau kerja yang sesuai dengan jurusannya ya, kalau ternyata lebih banyak mahasiswa yang salah jurusan dalam menjalani studinya. Sebenernya ini salah siapa? Atau lebih dalam, pernah tidak kalian bertanya-tanya, apakah kasus ini hanya ada di Indonesia, bagaimana dengan negara-negara lain yang lebih maju, apakah salah jurusan masih menghantui kebanyakan mahasiswanya?
Bang Pandu pernah mendapatkan sesi interview one on one dengan salah satu senior career consultant sebuah kampus bisnis di Belanda. Pada sesi tersebut, Bang Pandu sempat bertanya, apakah kasus yang salah jurusan dan beda kerjaan dengan jurusan terjadi juga di tempat mereka? Jawabannya ternyata, iya. Jadi, selamat! Warga +62 gak sendirian, eh. Ya, salah jurusan ini di berbagai negara menjadi masalah serius yang memang harus diselesaikan dan diuraikan solusinya.
Menurut kalian Sob, apakah salah bekerja di luar bidang yang dipelajari? Atau, apakah keliru menggeluti bidang yang disuka meski itu 180 derajat dari apa yang kita pelajari selama di kampus atau di sekolah? Menurut kalian bagaimana sob? Boleh dijawab di kolom komentar ya.
Menurut hemat kami (saya dan suami) yang masih fakir ilmu, tak masalah ketika pada akhirnya jurusan kuliah dan pekerjaan tidak sejalan, tentu semua sudah melawati banyak pertimbangan. Eh tapi, apakah ini sebuah pembenaran? Kerena, baik saya maupun suami sama-sama bekerja di bidang formal yang melenceng dari jurusan sewaktu kuliah, hahaha.
Lantas, sebenarnya mau dibawa ke mana obrolan ini? Lanjut tentang bincang dengan seorang senior consultant kampus Belanda. Dari coaching tersebut, kami mendapat satu insight menarik. Kalian boleh mengingat kalimat ini, dalam hidup menjadi apapun kita (apapun profesinya) pastikan kita tetap berada di dalam kursi setir (you’re still in the driver seat). Meskipun pekerjaan kita berbeda dengan jurusan yang kita ambil sewaktu kuliah, atau pekerjaan kita tidak ada hubungannya dengan bidang yang kita geluti selama di kampus atau bahkan ketika kita memutuskan untuk jadi wirausaha yang 180 derajat tidak ada hubungannya dengan jurusan itu, pastikan kita tetap berada di driver seat.
Penting memang untuk tetap berada di kursi supir (driver seat). Dari sini kita akan mampu memastikan kapan melakukan akselerasi, kapan melakukan rehat, pun kapan isi bensin. Di situ juga kita akan mampu memastikan, ada bagian dari diri yang perlu diapresiasi, bukan sekedar mengisi kekosongan kocek lantas lupa pribadi. Siapa yang paling tahu itu semua? Tentu diri kita, yups diri kita yang memegang kendali penuh, so jangan pernah lepas dari kendali driver seat.
Terlanjur Nyebur pada Pekerjaan
Bagaimana untuk yang sudah bekerja dengan pekerjaan tidak sesuai dengan passion?
Ada benarnya, kalau kita tidak makan passion dalam hidup. Benar juga, passion tidak akan menjamin kita bisa kaya dalam waktu singkat. Namun, ada hal yang perlu kita pastikan, apakah kita tertekan dalam menjalani pekerjaan? Atau merasa insecure di akhir pekan, mau liburan atau nyantai tapi khawatir pekerjaan tiba-tiba memanggil. Tak sedikit teman-teman semasa di kampus yang bekerja di perusahaan multi nasional, tapi sambatnya (mengeluh) di media sosial. Semua unek-unek dan kata-kata sebal dikeluarkan tentang pekerjaannya. Mungkin, sudah waktunya kalian bertanya dalam hati, ini semua sebenarnya diri sendiri atau sekedar membayar cicilan pribadi?
Idealnya, “Ah, manusia zaman sekarang tak usah sok-sokan ideal! Makan yang haram aja susah, apalagi yang halal?” Setuju Sob? Kalau saya, big no! Karena satu titik pembeda manusia dan makhluk hidup lainnya adalah prinsip hidup, maka ini menjadi kewajiban untuk dimiliki. Setiap kita tentu memiliki satu atau banyak hal yang diperjuangkan, yang kita pegang erat sebagai prinsip. Karena yang diperjuangkan dalam hisup toh bukan hanya mengejar setoran dan membayar cicilan yang semakin lama semakin menekan kan sob?
Sesuatu yang harus diperjuangkan itu adalah yang membuat kita nyaman dan berkembang. Bahkan ketika melakukan itu sampai harus menghabiskan sebagian besar waktu, kita tetap enjoy dan ada kepuasan darinya. Saya belum bisa menyebut ini passion, tapi setidaknya ada ruh yang menyatu dalam aktivitas, sehingga lelah-lelah itu terasa sangat berharga.
Pada akhirnya, kita tetap harus memilih berkarir atau ikuti passion? Atau jangan-jangan kita punya kesempatan berkarir sesuai passion? Apapun itu, tetaplah berada di driver seat ya Sob. Oke deh Sob, demikian sharing bincang perencanaan karir tahun 2021 yang lebih banyak membuat kami berdebat soal berkarir sesuai passion atau entah? So, kalian sendiri yang memutuskan. Selamat membuat perencanaan karir tahun 2021!
Betul, Mbak. Kita yang pegang setirnya. Karir sama passion bisa berdampingan, walaupun nggak nyambung. Kalau misal karirnya belum sesuai passion, setelah pulang kerja bisa melakukan kegiatan yang sesuai passion. Nanti kalau passionnya sudah menghasilkan dan bisa diandalkan, baru jadi full timer di passionnya.
BalasHapusSepakat deh sama mbak Nia. Selalu ada jalan intinya ya mbak, 😊😊
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus