Andrea Hirata lewat Novel Edensor mengisahkan kehidupan masyarakat Melayu Belitung dengan epik cerita yang unik, tidak mudah ditebak. Edensor mengajarkan kebajikan tanpa menggurui pembaca, dan menyajikan dengan amat memikat. Diksi atau pilihan kata yang digunakan amat memesona, Andrea Hirata mengajak kita untuk ikut merasakan lika-liku perjalanan tiap tokoh novel tersebut. Ketegangan yang memuncak, tawa, sedih, gundah, dan senang. Segala macam ekspresi dapat dirasakan pembaca, seolah pembaca benar-benar menjadi bagian dalam cerita tersebut.
Edensor, merupakan buku ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi. Novel ini adalah lanjutan dari buku-buku sebelumnya. Edensor menceritakan dua orang anak Melayu Belitung yang amat ambisius dalam bermimpi. Andrea Hirata mengajarkan pembacanya untuk berani bermimpi, berkerja keras dan tak pernah surut berharap.
Andrea Hirata memberikan kata Mozaik pada tiap sub bab novel Edensor. Ada 44 Mozaik dalam novel ini. Mozaik ini menceritakan bagaimana Ikal, tokoh utama Edensor, terbirit-birit mencari jati dirinya. Ikal kecil terus berbuat keonaran demi mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. Namun kemudian di kampungnya itu Ia memperoleh potongan Mozaik hidupnya lewat orang-orang yang berada di sekitarnya. Di sini kita belajar menghargai kehidupan. Menghargai kehidupan bagi Andrea Hirata dalam novel Edensor bukanlah semata-mata akibat dari banyaknya pengalaman yang kita dapatkan. Sebab tak jarang ada orang yang hanya memiliki sedikit pengalaman, namun, pengalaman yang pendek itu mencerahkan sepanjang hidup.
Yang menarik dari novel Edensor ialah pada tiap babnya dapat dikembangkan menjadi cerita pendek. Pada tiap prolog Bab selalu di awali dengan kalimat yang amat memikat dengan pembahasan cerita seolah berbeda dengan cerita sebelumnya. Namun, sebenarnya satu sama lain saling berkaitan. Keunggulan lain dari novel Edensor ialah kehebatan Andrea Hirata dalam memainkan kata dengan menggunakan majas atau perumpamaan yang memudahkan pembaca dalam memahami novel tersebut.
Ikal dan Arai merupakan dua tokoh utama dalam novel Edensor. Mereka mengajarkan kepada pembaca tentang arti persahabatan. Mereka berdua bersama tokoh tirtagonis bernama Jimbron amat menghargai kehidupan dengan saling berbagi. Apapun dapat mereka bagi, mulai dari berbagi materi maupun berbagi semangat. Sebab, hanya dengan semangat, rasa percaya, dan tidak mendahului nasib, mereka dapat bertahan, meski himpitan hidup mencekik tanpa ampun.
Sebagian besar dari kita mungkin tak percaya tentang keajaiban dari bermimpi. Namun, dengan membaca novel Edensor, jalan berpikir kita akan berubah. Mimpi selalu berbanding lurus dengan kerja keras, kerja hebat, dan rasa percaya. Kita tak akan mendapat apa pun kalau kita tak bermimpi untuk mendapatkannya. Kita tak akan mendapat apa yang kita impikan tanpa adanya kerja keras. Dan tentunya kita tak akam memperoleh semua itu tanpa adanya rasa percaya. Saat kita tidak percaya maka tak ada satu pun di dunia ini yang biasa kita peroleh.
Kisah Ikal dan Arai memberikan pemahaman kepada kita agar berani dalam bermimpi. Dan terus percaya dengan mimpi-mimpi itu. Keberanian bermimpi inilah yang mengantar mereka pada puncak pencapaian mimpi. Meski sebelumnya ada banyak hal yang harus mereka lewati. Kekuatan dan keberanian atas bermimpi inilah yang kemudain membuat mereka dapat bertahan. Dan benar apa adanya kalimat itu “Nasib Baik Memihak Para Pemberani.”
“Keajaiban akan muncul bagi orang yang berani mengambil resiko untuk mencoba hal-hal yang baru.” -Andrea Hirata-
Andrea Hirata kembali meletupkan semangat pembacanya. Ia memainkan emosi pembaca lewat perjalanan Arai dan Ikal yang penuh dengan ketegangan, menyenangkan, estetik, dan tak terduga-duga. Keajaiban atas keberanian bermimpi membawa dua anak Belitung udik nan miskin itu menjemput mimpi mereka. Mimpi yang telah lama terpatri dalam diri mereka terwujud.
Ikal dan Arai mendapat kesempatan kuliah gratis di Universitas yang telah lama mereka impikan, Universite de Paris, Sorbonne. Siapa yang dapat menduga ada seorang anak miskin terpelecat di sebuah Universitas paling bergengsi di dunia ini. Inilah yang disebut-sebut sebagai rahasia dari berani bermimpi. Hal ini kemudian memotivasi para pembaca untuk terus memperjuangkan hidup. Dan kami termasuk dari banyaknya penikmat karya Andrea Hirata yang terinspirasi karya-karya Andrea Hirata.
Dalam menyajikan novel Edensor, Andrea Hirata tak hanya menyuguhkan sebuah perjalanan hidup dan keberanian tanpa batas. Novel ini dikemas dalam perpaduan budaya, seni, sains, dan sejarah. Meski ada banyak hal yang diungkapkan dalam novel ini, namun tak mengurangi kualitas dan keindahan bahasa yang digunakan. Edensor justru membawa kita untuk mengungkap sisi lain dari kehidupan dan ikut menyelami keunikan dari tiap peristiwa yang diungkapkan dalam novel tersebut.
Menghidupkan Tradisi Backpacker
Tradisi backpaker telah ada sejak dahulu. Namun, di Indonesia sendiri berpetualang dengan backpacker belum terlalu populer pada masa sebelum novel Edensor rilis. Sejak novel Edensor booming banyak orang yang kemudian terinspirasi untuk berpetualang dengan cara backpacker. Pada fase ini, Andrea Hirata berhasil mempengaruhi pembaca untuk menikmati sensasi dari backpacker.
Setelah novel Edensor ini, banyak media-media masa baik cetak maupun elektronik yang menginfokan tentang orang-orang yang berpetualang dengan cara backpacker. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa pegiat sastra, dalam hal ini penikmat novel. Tak sedikit dari mereka mengaku bahwa mereka terinspirasi dari novel Edensor. Mereka tak hanya menginginkan untuk menjelajahi negri dengan sejuta pesona ini saja: Indonesia. Namun para backpacker ini juga mendamba keindahan petualangan penuh tantangan, menjelajahi Eropa hingga Afrika.
Edensor juga menceritakan bagaimana agar kita dapat bertahan hidup saat backpacker. Bagaimana sebaiknya backpacker dilakukan. Segala hal tentang backpaker dapat kita ketahui dengan membaca noel Edensor. Ini sangat bermanfaat bagi para petualang, terlebih bagi pemula.
Edensor: Bukti Hebatnya Karya Anak Bangsa
Edensor merupakan karya hebat yang ditulis oleh seorang anak bangsa. Novel Edensor membuat kami merasa bangga menjadi bagian dari negeri ini, meski Indonesia tengah di kepung oleh budaya, seni, dan sastra dunia Barat, tak menyurutkan kami untuk terus menghargai bangsa ini. Andrea Hirata yang mengajarkan pada kami untuk mencintai Bangsa ini.
Di negeri ini amat tidak mudah menulis novel-novel best seller. Apalagi ditulis oleh seorang pemula yang sebelumnya tak pernah menerbitkan sebuah karya fiksi. Satu hal lagi, novel yang ditulis tak sejalan dengan tren pasar. Andrea Hirata berhasil mematahkan semua argumen itu. Keempat novelnya sukses merambah pasar buku nasional bahkan internasional. Laskar Pelangi telah diterbitkan oleh 20 negara. Disusul kemudian oleh novel kedua yaitu Sang Pemimpi yang juga sukses di pasar buku nasional maupun Internasional. Seperti halnya Laskar Pelangi, novel Sang Pemimpi pun diangkat menjadi sebuah film dan masuk dalam nominator IMA.
Edensor novel ke tiga dari tetralogi Laskar Pelangi pun tak kalah hebatnya. Novel ini dinobatkan sebagai National Best Seller, dan menjadi nominator Khatulisiwa Literary Award (KLA) 2007. Melalui Tetralogi Laskar Pelangi ini menempatakan Andrea Hirata sebagai salah satu penulis muda Indonesia yang amat menjanjikan.
Karya Andrea Hirata semuanya best seller tanpa mengurangi mutu. Ini tak lepas dari muatan novel dengan gaya saintifik dan disampaikan dengan bahasa puitis, mudah dipahami dan tak terkesan menggurui. Edensor sebagai kisah perjalanan seorang anak Melayu pesisir dalam mencari mozaik hidupnya dikisahkan dengan gaya yang memikat, sehingga tak mengurangi minat pembaca untuk membaca kisah ini sampai akhir. Bahkan amat sayang jika sampai ada kata yang terlewatkan.
Karya Andrea Hirata di terima secara luas. Mungkin karena pembaca sudah jenuh akan karya-karya sebelumnya yang amat membosankan. Karya-karya itu kebanyakan bertema pornografi, kesetaraan gender, hedonistik, atau kisah-kisah yang biasa di putar berulang-ulang di televisi: sinetron ribuan episode.
Edensor, telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun juga sebagai referensi ilmiah. Begitu banyak orang yang menjadikan novel Edensor sebagai rujukan untuk menulis skripsi, tesis, dan telah diseminarkan berulang-ulang hingga ke pelosok negeri.
Membaca novel Edensor akan memompa semangat kita. Kita akan berani bermimpi, menikmati kekuatan cinta, berproses dalam pencarian diri sendiri. Serta melakukan penaklukan-penaklukan dengan gagah berani.
Saya pun sudah melihat di media sosial perihal para pencinta novel Edensor yang telah sampai di kota Edensor. Memang sungguh dahsyat pengaruh sebuah buku itu. Sayangnya, tetralogi Laskar Pelangi Kini berubah menjadi Trilogi Laskar Pelangi. Edensor dan Maryamah Karpov melebur menjadi Buku Besar Peminum Kopi.
BalasHapusEh iya kah Mbak? Aku malah baru tahu kalau mereka dijadikan satu buku. Padahal 2 buku itu aja udah tebel dan seru ceritanya yah
Hapus