septiayu

Ekspedisi Sulawesi Selatan #2 Senyum di Letta


ekspedisi sulsel

Ekspedisi Sulawesi Selatan merupakan cerita perjalananku bersama Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan dalam program pemberdayaan dan belajar melayani masyarakat marginal. Ah ya, sebelumnya, selamat milad yang ke-31 Dompet Dhuafa. Tiga puluh satu tahun, waktu yang cukup panjang untuk menebarkan manfaat yang luas melalui dana-dana umat yang dikelola dengan profesional. Melalui dana zakat, 30 hari jadi manfaat, seperti jargon kami, volunteer Dompet Dhuafa: Satu Hari Satu Kebaikan.

Berdiri, berjalan, berjuang. Sesekali menepi sejenak. Ada banyak hal yang patut dinikmati. Ada banyak hal yang patut disyukuri, begitu yang terus terngiang di hati dan pikiranku saat berhari-hari perjalanan darat berkeliling Sulawesi Selatan. Menyaksikan secara langsung senyum para penerima manfaat program Dompet Dhuafa. Jika pada episode pertama Ekspedisi Sulawesi Selatan kami dibuat kagum dengan keindahan budaya di Parepare, Kota Cinta Habibie Ainun, maka pada episode kedua ekspedisi ini kami dibuat lebih kagum dengan karya Sang Pencipta yang Agung. Keindahan salah satu desa tertinggi di Kabupaten Pinrang, desa Letta.

Melalui Ekspedisi Sulawesi Selatan, akan aku kisahkan betapa lima pilar program Dompet Dhuafa telah membentangkan manfaat dan merajut senyum, yang manfaatnya membentang hingga ke Timur Indonesia.

program dompet dhuafa

Lima Pilar Program Dompet Dhuafa

  1. Pendidikan: SMART Ekselensia Indonesia, E-Tahfizh School, Beastudi Indonesia, Makmal Pendidikan, Sekolah Guru Indonesia – Sekolah Literasi Indonesia, Institut Kemandirian, Pusat Belajar Anti Korupsi, Komunitas Filantropi Pendidikan, School for Refugees, PAUD Pengembangan Insani, STIM Budi Bakti, Sekolah Bisnis Umar Usman
  2. Kesehatan: Faskes Tingkat 1: 8 Klinik Gerai Sehat, 37 Pos Sehat, 1 Unit Klinik Terapung. Faskes Tingkat 2: RS. Rumah Sehat Terpadu, RST Qatar Charity, RSIA Sayyidah, RS. AKA Medika Sribhawono, RS. Lancang Kuning, RS. Mata Achmad Wardi, RS Griya Medika, RS Hasyim Asy’ari (berbasis wakaf)
  3. Ekonomi: DD Farm (Pertanian Sehat, Sentra Ternak, Peternakan Rakyat, Perikanan), Agroindustri, Kebun Pangan Keluarga, Cash for Work, Ketahanan Pangan Untuk Negeri, UMKM Kreatif, Social Trust Fund
  4. Sosial Kemanusiaan: Lembaga Pelayan Masyarakat, Disaster Management Centre, Tebar Hewan Kurban, Advokasi Publik, Pusat Bantuan Hukum, Youth for Peace, Food for Dhuafa
  5. Dakwah dan Budaya: Corps Da’i Dompet Dhuafa, Badan Pemulasaran Jenazah, Pesantren Muallaf, Kampung Silat Jampang, Jampang English Village, Suluk Nusantara. Sumber: dompetdhuafa.org
Salah satu pilar program yang akan aku bagikan kisahnya pada ekspedisi Sulawesi Selatan episode dua ini ialah pilar ekonomi, pemberdayaan petani kopi di desa Letta.

A Smiling Foundation Dompet Dhuafa di Desa Letta

Perjalanan kebaikan kali ini membawa kami ke salah satu desa pemberdayaan Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan yang berada di pegunungan Bakaru. Desa Letta, merupakan sebuah desa di Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jaraknya dari kabupaten Pinrang tak kurang dari 100 KM. Sedangkan kami menempuh perjalanan sejauh 287 KM dari kota Makassar menuju Desa Letta.

Desa yang dikelilingi pegunungan ini masuk dalam kategori desa yang sulit dicapai, akses jalannya sukar ditaklukan; jalan setapak yang sebagian besar berlubang, berlumpur jika hujan, tikungan dan tanjakan terjal. Tidak ada angkutan umum, hanya kendaraan tertentu yang dapat menjangkau dengan tarif sewa pulang pergi tujuh ratus ribu. Maka, kami pun menumpang mobil pick up dari kota agar  sampai ke desa Letta.

Jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, tentu kondisi desa Letta mengalami kemajuan, lima tahun terakhir listrik bisa diakses. Pun dengan pembangunan jalan dan jembatan pada tahun 2023, setelah kasus viral Ibu hamil yang ditandu puluhan kilo untuk mendapatkan fasilitas kesehatan. Meski dibangun setahun yang lalu, hari ini sebagian jalanannya pun telah rusak.

belajar melayani

Jauh dari akses kesehatan, jauh dari fasilitas pendidikan, tidak ada sekolah menengah di sini, anak-anak desa Letta yang ingin melanjutkan pendidikan menengah akan merantau ke kota, entah menumpang pada kerabat di kota atau sekolah berasrama dengan beasiswa. Itu pun hanya sebagian kecil saja anak-anak yang beruntung melanjukan pendidikan menengah, selebihnya akan menetap di Letta dengan bertani. Berdampingan dengan keterbatasan menjadikan desa Letta masuk dalam kategori desa sangat tertinggal di Provinsi Sulawesi Selatan.

Dengan segala keterbatasan di desa Letta, Sang Pencipta begitu baik mencurahkan berkahnya kepada Letta. Letta menjadi salah satu desa tertinggi dan terindah yang pernah aku kunjungi. Tanahnya yang subur, udaranya yang bersih, pemandangan alamnya yang memesona, bukit-bukit yang hijau, pertanian yang gemah rimpah loh jinawi, salah satunya pertanian kopi.

Desa Letta merupakan desa penghasil beras ketan hitam dan beras merah terbaik di kabupaten Pinrang. Masyarakat desa Letta juga mengolah aren menjadi gula merah dengan kualitas terbaik. Hingga pada tahun 2020 Dompet Dhuafa hadir dengan program Muda Berdaya melalui pemberdayaan petani kopi. Sebelum program pemberdayaan ini hadir, kopi hanya diolah seadanya saja untuk konsumsi sehari-hari dan disimpan untuk tabungan. Kopi yang disimpan ala kadarnya itu akan dijual, jika petani membutuhkan dana darurat seperti biaya sekolah atau lainnya.

Pada awal program pemberdayaan petani kopi, Dompet Dhuafa memberikan pelatihan kepada para petani kopi terkait dengan pemeliharaan kebun kopi, pengolahan pascapanen, serta bantuan rumah pengeringan kopi. Setelah satu tahun pendampingan program, dampak nyata yang dirasakan oleh petani adalah harga jual kopi yang meningkat. Hal ini berkat keuletan para petani kopi yang secara perlahan telah memperbaiki proses pascapanen sehingga berdampak pada peningkatan kualitas kopi. Hingga pada tahun 2022 angka panen terbanyak mencapai 4,2 ton dalam sekali panen.

Hari itu, Jumat 31 Mei 2024, para pengurus program, volunteer, mitra dan 111 Petani Kopi yang menjadi Penerima Manfaat program ini tersenyum, merasakan manfaat hadirnya program pemberdayaan Dompet Dhuafa. Selaras dengan sambutan dari Sekretaris Desa Letta yang menyampaikan,
“Potensi alam yang luar biasa yang kami miliki, melahirkan mimpi di masa mendatang. Dengan hadirnya program Dompet Dhuafa, diharapkan mampu mengedukasi masyarakat untuk turut aktif dalam pembangunan berkelanjutan, menanam hari ini untuk dituai pada masa mendatang, tanpa merusak dan menghabiskan.”
Senyum itu, mimpi itu, mewarnai desa Letta. Kebahagiaan yang bukan hanya dimiliki oleh sebagian orang, tapi seluruh warga desa yang terlibat dalam program pemberdayaan.

Filantrokopi: Menebar Senyum Lewat Biji Kopi

rumah olah kopi
Satu bulan ekspedisi Sulawesi Selatan, singgah di berbagai tempat yang menakjubkan, berbincang dengan beragam manusia pilihan yang hatinya diliputi kebaikan. Memilih jalan panjang perjuangan untuk membentangkan kebaikan. Begitu banyak hikmah yang bisa dipetik, tentang sabar, ulet, ikhlas, pantang menyerah. Bukan sekedar jalan-jajan-makan. Dengan segala keterbatasan diri, saatnya mensyukuri segala takdir Illahi.

Perjalanan panjang, menghadirkan berupa-rupa hikmah. Benar, ada begitu banyak kehidupan yang tak pernah terbayangkan. Tentang kampung-kampung marginal yang tak mudah dijangkau. Tentang kemiskinan yang terus menggerus bangsa ini. Hanya mereka yang tulus, yang mampu membentangkan kebaikan. Saya menyaksikan, betapa uang zakat, infak, sedekah, wakaf, dan dana sosial halal lainnya yang disisihkan oleh para donatur dan mitra bisa berdampak sedemikian rupa. Berhari-hari kami menyusuri gunung ke gunung, menyaksikan senyum petani kopi yang merekah secerah ceri kopi yang telah masak. Terlahir dari keluarga petani, kami tahu betul tak mudah mencapai kehidupan yang makmur.

Hanya mereka yang tulus, yang mampu membentangkan kebaikan, yang terus belajar melayani masyatakat. Hadirnya mampu menggandeng kaum marginal untuk meretas menjadi kaum yang berdaya. Kami belajar untuk lebih mengerti. Jika petani tradisonal hanya menumpuk biji-biji kopi yang telah dipanen, lantas membiarkannya hingga membusuk, maka tak akan lahir kedai-kedai kopi yang nikmat. Maka pemberdayaan petani dengan memberikan pendampingan, mampu melahirkan petani yang berdaya dengan kualitas hasil pertanian yang unggul. Dari desa Letta yang dingin kami belajar, proses menghadirkan secangkir kopi yang nikmat itu tak mudah. Ada tangan dingin para petani yang terus belajar yang mampu melahirkan biji kopi pilihan.

kopi letta
Program Filantrokopi Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan tersebar di berbagai pegunungan Sulawesi, melahirkan biji-biji kopi terbaik yang dipasok ke seluruh penjuru negeri. Kopi Arabika Pattongko dari dataran tinggi Pattongko, Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai yang indah. Diberdayakan oleh seorang yang, ah, menurutku dia adalah mutiara dari Timur, kisahnya akan kutuliskan pada episode berikutnya. Kopi Arabika Daruma (Dari Hulu Muntea) dengan aroma yang unik dari dataran tinggi Muntea, Bantaeng. Kopi Arabika Kahayya dari dataran tinggi Kahayya, Bulukumba yang sejuk. Serta, Kopi Robusta Letta yang pekat, mewarnai kedai-kedai kopi terbaik di Sulawesi dan Indonesia.

Kopi-kopi ini lahir dari petani-petani berdaya. Distribusinya hingga ke kota-kota besar, tak percaya? Kawan, kau boleh sesekali bertanya pada barista di cafe langgananmu, dari mana biji kopi itu berasal? Sungguh perjalanan panjang dana Ziswaf dari para donatur. Membentang luas, hingga dapat dinikmati kembali. Menariknya, membeli kopi-kopi yang berlogo Dompet Dhuafa, sebagian keuntungannya kembali lagi untuk pemberdayaan. Begitulah kehidupan berputar untuk terus memberikan manfaat.

Sudah saatnya bagi kita untuk turut ambil bagian pada program pemberdayaan masyarakat, melalui uang zakat, infak, sedekah dan wakaf yang kita titipkan lewat Dompet Dhuafa. Kita akan menyaksikan bahwa dana Ziswaf tersebut tidak hanya berhenti pada satu penerima manfaat, melainkan menjadi besar manfaatnya hingga menghasilkan dampak luas dan perasaan berdaya di hati para penerima dan pemberinya, hingga makin banyak senyum tercipta, a smiling foundation. Tahniah 31 tahun Dompet Dhuafa, 31 tahun melayani masyarakat.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”

milad dompet dhuafa
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini suka berpindah-pindah tempat tinggal, dan menceritakan perjalanan hidupnya di sini. Aktivitas Septi sebagai guru, volunteer dan pegiat literasi.

Related Posts

33 komentar

  1. MasyaAllah,
    terharu sekali dengan tulisan kak Septi.

    Setiap katanya dapat menggugah setiap orang untuk ikut merasakan kenikmatan yang keluar dari bau biji kopi pilihan.
    Teruskan cerita baiknya kak Septi

    BalasHapus
  2. Walau aku bukan termasuk penikmat kopi, tapi jujurly salut dengan perjalanan proses sang 'kopi' hingga banyak penggemarnya. Layaknya perjalanan yang selalu memiliki banyak tokoh yang berperan, peran kecil hinggal besar tak bisa diremehkan. Seperti peran sang petani kopi yang mungkin tersembunyi namun sarat dengan arti. Semoga berjaya Petani Kopi bersama DD yang tak kenal henti berlayar mendampingi. Barokallahu fiikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, betul Umma, langkah kecil yang diambil oleh para donatur untuk menyisihkan sedikit hartanya ke DD ternyata bisa menjadi langkah besar untuk menghadirkan kebermanfaatan. MaasyaAllah :)

      Hapus
  3. Kebayang sambil menikmati perjalanan dengan secangkir kopi robusta Lettanya sist...❣️ lanjutkan eps.3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kopi hitam pekat atau kopi dengan gula aren dari dataran tinggi Letta, nikmat disruput sembari beraktivitas atau sekedar menikmati sore di halaman rumah. Siaap, insyaAllah episode 3 segera tayang kak, terima kasih selalu mampir :)

      Hapus
  4. MasyaAllah mbaaaa 🌻🌻🌻 semoga sehat sehat sll disana, terus menggapai hikmah dimanapuuun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, thank you Diaan yang baik, selalu support kebaikan-kebaikan di muka bumi. :)

      Hapus
  5. Tiap kalimat yang diceritakan membuatku membayangkan indahnya Letta dengan kebun kopinya. Kereeen Kak Septi, aku tunggu episode berikutnya kak😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaaap, insyaAllah segera publish episode berikutnya kakak :)

      Hapus
  6. Aku tahu rasanya tinggal di daerah pedalaman dengan jalanan rusak dan tidak ada angkutan. Untuk pergi ke sekolah harus berjalan berkilo-kilo, panas kepanasan, hujan basah kuyup. Belum lagi menyaksikan perjuangan orang tua sebagai petani sayur yang saat panen harganya tak wajar. Aku tahu apa yang dirasakan anak-anak Letta. Tapi, perjuangan itu selalu membuahkan hasil. Semangat selalu warga Letta. Terima kasih Kak Septi yang sudah menuliskan cerita yang inspiratif ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Hana sudah mampir, yups semangat selalu Hanaa, bersama kesulitan selalu ada kemudahan :)

      Hapus
  7. MasyaAllah tulisan septi selalu enak di baca.. Sehat-sehat disana yaaa

    BalasHapus
  8. MasyaAllah tulisan septi selalu enak dibaca, sehat-sehat di sana yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Jendd, terima kasih sudah mampir dan menyuntikan semangat :)

      Hapus
  9. Masya Allah, Bunda Septi
    Ceritanya sangat inspiratif dan menarik, jadi nyaman banget dibacanya..
    Banyak informasi yang disajikan secara tak langsung melalui cerita, sehingga para pembaca memiliki gambaran apa yang bisa dilakukan untuk ikut andil dalam program, seperti berdonasi mungkin.

    Sukses ya Mbak Septi serta semua pihak terkait di Dompet Duafa, semoga niat baiknya mendapat Ridho dari Allah.

    Dan semoga lebih banyak desa tertinggal yang terjangkau untuk lebih diberdayakan. Aamiin 🤗🥰🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Robb, terima kasih sudah mampir Bunda Hesti. Mohon doa dukungannya, semoga lebih banyak lagi pemberdayaan dan kebermanfaatan yang terbentang :)

      Hapus
  10. Tempat terpencil sejuta cerita dan karya alam.. lanjutkan petualangan dan tulis kembali dengan indah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap Kak DJ, hahai pengen belajar videografi juga nih,hehe

      Hapus
  11. Masya Allah Barakallahu fiikum untuk Dompet Dhuafa yang sangat peduli dengan pendidikan, ekonomi, faskes yang banyak misi sosial lainnya.

    Membaca tulisan ustdzh septi hati kecil terketuk untuk terus mensyukuri nikmat Allah SWT dengan kondisi kita saat ini, ternyata di pelosok sana masih ada saudara kita membutuhkan bantuan. Hal ini harus menjadi perhatian sesama, menghayati tulisan ini seolah-olah kita sedang merasakan kondisi disana.
    Ditunggu tulisan berikutnya yang terus menginspirasi! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Ibu Azrinaa, semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat, dan kita bisa jadi manusia yang bermanfaat yah Ibuuk

      Hapus
  12. Masyaallah terimakasih dompet dhuafa yang senantiasa menebar kebaikan...
    membaca ini seperti ikut serta merasakan senang haru bangga ikut ke desa letta nemenin bu septi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih sudah mampir ya. Bismillah, yuk kapan main ke sini kita jalan ke Letta :)

      Hapus
  13. Setelah baca tulisan mbak septi, bakal keinget kalo kopi yg kuminum berasal dari proses yang sangat panjang hingga hadir didepanku.
    Terima kasih mbak sep. Keren bangett tulisannya.
    Tambah satu impianku, bisa langsung cobain kopi asli sulawesi❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi inget kajian ust Salim ya Mus, perjalanan sebutir nasi. Yuk yuk, main ke Sulsel :)

      Hapus
  14. Keren sekali, cerita bertema tentang kopi dan berdaya bermanfaat dikemas dengan apik oleh penulis! Jadi ingin berkunjung ke Desa Letta :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kutungguuuu di Makassar Kakak, yuk kita ke Letta :)

      Hapus
  15. Nisfah Lailanjani21 Juli 2024 pukul 19.58

    Masya Allah🥺 lewat tulisan Kak Septi, semakin mengenal Dompet Dhuafa dan berbagai macam aktivitasnya yang luar biasa. Semangat terus Kakak😘 pengen diajakin juga kalau ada agenda yang dekat daerah Kepri ya Kak🙏🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, yups bisa banget, nanti kita coba hubungkan dengan DD Kepri ya Kak. Bisa juga gabung volunteer di DD Kepri :)

      Hapus
  16. Wow, jadi pengen nyruput kopi di Letta, kopi+gula aren dari pegunungan pasti mantap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantulll, terima kasih sudah mampir Kak Putra :)

      Hapus
  17. “MasyaAllah tulisan yang sangat epik sekali, dimana detail tempat, suasana, menjadikan para pembaca ikut merasakan bagaimana kondisi disana. Dengan tulisan ini pula, pembaca menjadi memahami begitu manfaatnya program dari Dhompet Dhuafa meluas sampai pelosok daerah yang belum terjamah.”


    Riri Safitri, Guru SMPN 2 Cilegon, Banten

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih sudah mampir Bu Guru yang inspiratif, semoga bisa jadi cerita ke murid-murid yaaa, :)

      Hapus
  18. Kekayaan alam yang diberikan kepada Sulawesi Selatan memang membuat kita semakin mensyukuri nikmat dilahirkan di nusantara ini. Program yang luar biasa dari Dompet Dhuafa.

    BalasHapus

Posting Komentar