septiayu

Ekspedisi Sulawesi Selatan #4: Kereta Api Celebes

14 komentar
ekspedisi sulawesi selatan
Siapa yang suka naik kereta api? Harus dicoba jelajahi Sulawesi dengan Kereta Api Celebes, beugh seru banget sob! Sepanjang jalan kita akan disuguhkan dengan pemandangan yang indah tak terperi. Gunung dan bukit yang berderet, sawah-sawah terbentang, padang ilalang dengan sapi yang eksotis, pantai biru yang indah, diselingi dengan rumah panggung yang unik, belum lagi langit di sini indah sekali Sob!

Aku suka berpetualang dengan kereta. Dari kecil selalu dibuat penasaran, bagaimana rasanya naik kereta? Hanya bisa membayangkan dari cerita orang tua, sebab sudah lama sekali kampung kami tak dilewati kereta. Dulu sekali saat orang tuaku masih kanak-kanak, kereta dan satasiun itu masih berfungsi, sekarang menyisakan relnya saja, itu pun sudah banyak yang hilang. Aku selalu penasaran, hingga akhirnya saat merantau ke Ibu kota provinsi, barulah bisa berpetualang dengan kereta.

Pengalaman kali pertama menaiki kereta justru gagal total. Saat itu harusnya aku bersama dengan kedua kawanku bertolak dari Stasiun Semarang Poncol ke Stasiun Surabaya Gubeng, kami terlambat 5 menit. Ya ampun, padahal cuma lima menit loh, kenapa nggak nungguin sih itu kereta, gerutuku saat tahu kereta sudah pergi, seketika kami dinasihati panjang kali lebar oleh petugas stasiun, “Heh, ini kereta, bukan bus yang bisa ngetem nunggu penumpang, nunggu penuh baru berangkat! Kereta itu disiplin!”

Sudah tertinggal kereta, dimarahi petugas stasiun pulak, nasib oh nasib. Tapi sungguh pengalaman ini sangat berharga, sebuah pengalaman yang mengubah hidupku. Kejadian itu sudah terlewat jauh di belakang, tetapi aku banyak belajar untuk disiplin, menghargai waktu, dan tidaa pernah lagi tertinggal kereta. Karena berikutnya, aku suka sekali berpetualang ke berbagai tempat menggunakan kereta, ke Bandung, Surabaya, Jakarta, Malang, Semarang, Cilegon, bahkan 5 tahun terakhir hidup di Jabodetabek menikmati berdesakan menumpang KRL dan mencoba semua rute KRL dari ujung ke ujung.

Saat tiba di Makassar, aku bertanya-tanya bagaimana rasanya naik kereta di sini? So, saat ada kesempatan, kami langsung cuss Ekspedisi Sulawesi Selatan dengan Kereta Api Celebes tut tut tuuuuut.

Kereta Api Celebes (Sulawesi Selatan)

kereta api sulawesi
Perjalanan kali ini sungguh istimewa, karena menjadi perjalanan pertama kalinya mencoba layanan kereta api di Sulawesi Selatan. Setelah sekian lama penasaran, akhirnya kami berangkat dari rumah sekitar pukul 06.15 WITA menuju Stasiun Maros, mengejar Kereta Lontara 1 atau kereta pertama yang berangkat pukul 07.39 WITA dengan tujuan akhir Stasiun Garongkong. Tak sabar rasanya menaiki kereta yang akan membelah perbukitan, bersiap dengan segala keindahan yang disuguhkan selama perjalanan.

Kereta melaju dengan halus, meninggalkan hiruk-pikuk kota dan membawa kami pada lanskap yang menakjubkan. Pemandangan sepanjang jalur ini sungguh memesona. Bukit-bukit hijau yang menjulang, sawah yang menghampar luas, padang ilalang dengan sapi yang bebas, diselingi rumah-rumah panggung yang menawan. Tak hanya itu, sesekali kita disuguhkan pemandangan sungai yang mengalir dengan tenang, dan laut biru sejauh mata memandang. Pesona alam Sulawesi Selatan seolah menjadi teman setia selama perjalanan, mengingatkan akan betapa kayanya negeri ini dengan keindahan alam yang tak tertandingi. Keindahan yang enggan dilewatkan selama perjalanan.

Perjalanan kali ini tidak hanya sekadar perjalanan melintasi lanskap yang indah. Kereta yang kami naiki juga menyimpan cerita panjang dalam sejarah Sulawesi Selatan. Sejarah perkeretaapian di wilayah ini sebenarnya telah dimulai sejak masa kolonial, tetapi kemudian mengalami hiatus panjang. Baru beberapa tahun belakangan, pembangunan jalur kereta api di Sulawesi Selatan dihidupkan kembali sebagai bagian dari upaya menghubungkan berbagai wilayah penting di provinsi ini, terutama untuk mendukung perekonomian lokal dan mobilitas masyarakat.

Dikutip dari Indonesia baik.id, pembangunan kereta api di Sulawesi pertama kali dilakukan pada tahun 1922, sepanjang 47 kilometer antara Makasar-Takalar dan dioperasikan pada 1 Juli 1923. Sisanya Ujung Pandang-Maros belum sempat diselesaikan. Setelah itu belum ada pembangunan jalur kereta api baru di Sulawesi, hingga pada tahun 2015 pemerintah mulai mengerjakan jalur kereta api Trans-Sulawesi. Jalur kereta api dibangun untuk menjangkau daerah-daerah penting di Pulau Sulawesi. Pada tahap satu, pemerintah membangun jalur kereta api dari Makassar hingga Parepare.

Dikutip dari Kementrian Perhubungan, Presiden Joko Widodo meresmikan pengoperasian kereta api Makassar – Parepare lintas Maros-Barru yang merupakan kereta api pertama di Sulawesi pada bulan Maret 2023. Kereta api ini merupakan bagian dari pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan antarprovinsi di Sulawesi mulai dari selatan (Makassar) sampai ke Sulawesi Utara (Manado).

Proyek revitalisasi ini bertujuan untuk memperbaiki infrastruktur transportasi, sekaligus membuka akses yang lebih luas bagi penduduk Sulawesi Selatan. Saat ini, jalur Mandai-Garongkong dan sebaliknya Garongkong-Mandai merupakan jalur lintasan yang telah beroperasi, setelah satu tahun lebih diresmikan. Bikin penasaran dengan jalur berikutnya yang mengular hingga Manado, semoga pembangunan terus bergeliat ya, agar warga Sulawesi bisa menikmati transportasi umum yang mudah, murah, dan aman tentunya.

Perjalanan Maros-Garongko memakan waktu dua setengah jam. Tiket untuk relasi tersebut murah meriah Sob, sepuluh ribu rupiah saja untuk sekali jalan. Keretanya pun sangat nyaman, tetapi tempat duduk dan gerbong masih terbatas, sebaiknya datang lebih pagi ke stasiun agar bisa mendapat tiket duduk ya Sob, kalau tak dapat tiket duduk, kita bisa berdiri selama perjalanan. Oh ya, tiket kereta baru bisa dipesan langsung di loket stasiun ya, belum ada akses online untuk pembelian tiket.

Jelajahi Teriknya Parepare

monumen habibie ainun
Sampai stasiun akhir Garongkong, ke mana lagi kita? Asalnya memang kami ingin berpetualang dengan menaiki transportasi umum dan tidak ada tujuan pasti. Keluar dari stasiun Garongkong kami disambut oleh sebuah Bus Damri yang sudah usang, Bismillah, naik aja deh. Di dalam Bus kami berkenalan dengan penumpang, Kak Armi namnaya, jadilah kami gunakan kesempatan untuk bertanya banyak hal terkait jalur yang dilewati Bus Damri ini. Kak Armi dengan riang menjelaskan rute bus, Garongkong-Parepare. Menjelaskan destinasi wisata yang dilewati oleh Bus, tempat makan yang recomended, dan segala hal tentang Sulawesi Selatan. Baik sekali, tak henti mengucap syukur dipertemukan dengan kakak yang baik hati dan riang gembira bercerita, perjalanan ini semakin seru! Oh ya, tarif Bus Damri dari Garongkong hingga Parepare sebesar Rp.25.000,00.

Kurang lebih satu jam perjalanan Garongkong-Parepare, kami turun di sebuah kawasan di Parepare yang dikenal dengan Carlos. Awalnya kami kira Carlos itu nama sebuah jalan, ternyata di kawasan ini terdapat penginapan dan cafe yang cukup terkenal bernama Carlos. Kaget dong, ternyata kami mengenal keluarga pemilik Carlos yakni Kak Aya, jadilah kami bertemu dengan Kak Aya. Banyak hal tak terduga di ekspedisi kali ini. Alhadulillah, bersyukur Allah pertemukan dengan orang-orang baik.

Setelah mengobrol dengan Kak Aya dan Kak Rani (keduanya ialah Amil dan mitra Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan) kami melanjutkan Ekspedisi Parepare dengan jalan kaki ke Pelabuhan, menyimak aktivitas di pelabuhan yang cenderung sepi. Anak-anak yang berenang di dekat kapal yang sedang bersandar. Mengamati kehidupan warga sekitar pelabuhan dengan bangunan rumahnya yang unik, deretan toko dan bangunan lama yang mengingatkanku pada kota tua Semarang, dan terus berjalan yang berakhir di monumen Habibie Ainun. Kami berkeliling selepas sholat zuhur dengan terik matahari yang seakan terasa hingga ubun-ubun. Ternyata, kami salah waktu. Parepare itu terkenal dengan kota cahaya dengan sunset yang menawan, sebaiknya berkunjung ke sini kala senja hingga malam.
pelabuhan parepare
Sekitar pukul 15.00 WITA kami memutuskan untuk kembali ke Stasiun Garongkong, sebab jadwal kereta berikutnya ke Maros pukul 17.00 WITA. Kami menumpang pete-pete (sejenis angkot) dengan tarif Rp.50.000,00. Dua kali lipat dari tarif bus Damri. Sayangnya memang tidak ada lagi Bus Damri yang beroprasi di sore hari untuk mengantarkan penumpang ke Stasiun Garongkong. Jadilah, satu-satunya transportasi umum yang bisa kami naiki adalah pete-pete.

Meski lelah dan banjir keringat, perjalanan ini menjadi pengalaman yang seru. Selain menikmati keindahan alam Sulawesi Selatan, kami merasakan sejarah baru yang sedang dibangun untuk generasi mendatang. Perjalanan dengan kereta api ini bisa menjadi petualangan yang tidak terlupakan, sekaligus membuka wawasan tentang betapa berharganya infrastruktur transportasi untuk kemajuan sebuah daerah, apalagi jika terkoneksi dengan transportasi umum lainnya. Wah nggak kebayang enaknya tinggal di daerah dengan transportasi yang memadai seperti Jakarta. Semoga, suatu hari nanti ya, kita doakan dan dukung sepenuhnya.

Epilog: Senja di Kereta

senja di kereta
Kereta Api Celebes beranjak dari Garongkong menuju Maros. Dari balik jendela mata kami dimanjakan dengan hamparan langit yang kaya akan semburat cahaya senja. Pohon-pohon yang bergoyang tertiup angin, sungai yang memantulkan cahaya keemasan, sungguh selalu indah menikmati senja di kereta.

Senja di kereta selalu menjadi perjalanan yang kunantikan. Kereta seolah melewati lukisan alam yang menakjubkan. Matahari perlahan turun di ufuk barat, meninggalkan jejak-jejak jingga dan merah yang berbaur indah di langit. Senja di kereta, perpaduan antara keindahan alam dan rasa tenang yang menghampiri di tengah perjalanan panjang.

Senja di kereta seakan mengajarkan, terkadang hidup bukan hanya tentang seberapa cepat kita tiba di tujuan, tetapi tentang bagaimana kita menikmati setiap momen yang terjadi di sepanjang perjalanan yang kita lewati. Senja di kereta adalah pengingat akan keindahan yang sederhana, bahwa di tengah kesibukan hidup, selalu ada waktu untuk berhenti sejenak, menatap ke luar, dan mensyukuri keajaiban kecil yang sering kali kita lewatkan.

Senja di kereta menggiring kami untuk pulang ke peraduan. Beristirahat dengan selimut malam. Esok kita bangun mengejar setiap mimpi dan harapan sambil menikmati perjalanan hidup yang panjang. Salam hangat dari kota Daeng, pada perjalanan kami di Ekspedisi Sulawesi Selatan.
septi ayu azizah
Septi Ayu Azizah penyuka literasi, volunteer dan pendidikan. Penikmat jalan-jajan ini suka berpindah-pindah tempat tinggal, dan menceritakan perjalanan hidupnya di sini. Aktivitas Septi sebagai guru, volunteer dan pegiat literasi.

Related Posts

14 komentar

  1. Sebagai orang dataran tinggi laut adalah tempat mewah dan memberikan sensasi berbeda bagi kami.. Masya Allah indahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, saya juga lahir dan besar di kaki gunung, selalu takjub dengan alam yang indah.

      Hapus
  2. Suka deh dengan epilognya, senja menyimpan ragam asa tuk esok hari dan rahasia hari ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebab senja selalu berhasil membuat diri menjadi puitis, wkwkwk. Anak senja. Terima kasih Mbak

      Hapus
  3. Selalu penasaran dengan keindahan alam di bagian lain Indonesia, salah satunya Sulawesi. Udah kebayang nih gimana indahnya pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan menaiki kereta api.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sulawesi salah satu pulau besar yang indah, laut dan gunung berderet sepanjang jalan, langitnya bersih tanpa asap dan polusi. Maasyallah.

      Hapus
  4. Kalau keadaan di dalam keretanya bagaimana, Mbak? Apakah sama seperti kereta di Jawa? Saya lihat interiornya seperti baru ya? Apakah di sana penumpang boleh berdiri? Saya lihat ada banyak pegangan tangan di atas seperti di bus kota.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagian dalam kereta mirip dengan Bus TransJakarta atau Bus Trans di kota-kota besar. Betul ada pegangan tangan karena memang tersedia tiket berdiri Mbak.

      Hapus
  5. Asyik sekali naik kereta di daerah petbukitan. Tentunya viewnya sangat cantik. Desain keretanya juga baru dan kelihatan myaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul pemandangannya indah Bu, desain kereta modern ya Bu

      Hapus
  6. Mbak, kalau kita terlambat kereta harus beli tiket lagi atau bisa ikut keberangkatan berikutnya ya? Aku cuma sekali naik kereta di Jakarta duluu banget, kotaku blum ada kereta api juga sih. Kalau naik MRT gitu kan bisa ikut rute berikutnya. Apa sama ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kereta jarak jauh tiket hanya berlaku sekali, jadi sekali terlambat harus beli lagi yang baru. Kalau KRL dan MRT pakai sistem kartu jadi bisa dipakai kapan pun, kecuali beli tiket yang sekali pakai, itu ada batas maksimal waktu pemakaiannya.

      Hapus
  7. aduuh mbak lucunya dirimu ampe ketinggalan kereta...kereta itu nyaman buat perjalanan jauh, murah, dan bisa bawa barang banyak. kereta jadi sahabat perjalanan kami terutama bareng anak-anak. jadi teringat pemandangan persawahan di luar jendela kereta dan hangatnya percakapan dengan sesama penumpang. saya suka bercakap-cakap terutama dengan penumpang yang sudah sepuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, pengalaman pertama yang akan terus melekat. Sepakat, selalu nyaman perjalanan jauh naik kereta, aku pun suka ngobrol dengan mbah-mbah, selalu aja dapat cerita berhikmah.

      Hapus

Posting Komentar