“Orang yang berlebih-lebihan dalam agama, ia akan kalah,” tutur pendiri Pesantren Roudhotul Huffadz Jeneponto yang sekaligus Mudir Forum Halaqoh Qur’an (FHQ) An-Najm Jeneponto, Ustaz Abdurrahman, MPd. “Orang yang baru kenal agama biasanya akan keras. Maka pelan-pelanlah dalam beragama,” sambung Ustaz Rahman. Nasihat-nasihat terbaik yang dinukil dari hadits itu disampaikan dengan mengalir menyejukan.
Sahabat, Ekspedisi Sulawesi Selatan Episode 5 ini kita akan menimba hikmah dari salah satu pesantren dampingan program Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan. Jika sebelumnya kita telah berekspedisi ke pilar ekonomi, pendidikan, dan budaya di Bulukumba, Sinjai, Parepare, dan Pinrang, ekspedisi kali ini kita akan menyelami program dakwah Dompet Dhuafa di wilayah yang terkenal dengan kuliner kuda, Jeneponto.
Menemui para guru yang mengabdikan diri sebagai pendidik selalu menjadi momen yang menyenangkan. Menyimak perjalanan hidup dan prinsip kesederhanaan yang dibangun cukup sudah menampar diri yang seringkali lalai dengan rasa syukur. Seperti yang selalu kami dapatkan ketika berkunjung ke Jeneponto. Orang Jawa bilang, “ngalap berkah kyai.”
Sang Kyai, Ustaz Abdurrahman bukan hanya mengajarkan namun juga mencontohkan keteladanan dan kesderhanaan hidup untuk dakwah, menjadi lumrah jika santri-santrinya meniru keteladannya. Ibarat buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Seperti itulah para santri siap guna yang menghafal 30 juz di Pesantren Roudhotul Huffadz Jeneponto, dan kemudian siap menjadi pengajar/muwajjih.
Pesantren Roudhotul Huffadz Jeneponto: Melahirkan Santri Siap Guna
Pesantren Roudhotul Huffadz yang memiliki arti taman-taman indah para penghafal Al-Qur’an ini menitikberatkan pendidikan pada tahfidzul Qur'an, dengan hafalan yang terstruktur, disiplin, dan berkesinambungan. Setiap santri didorong untuk memiliki target harian dalam hafalan dan murojaah (mengulang hafalan), memastikan kualitas hafalan yang kuat dan tahan uji. Sehingga para santri yang telah lulus bisa menjadi pengajar, guru, ustaz, atau muwajjih yang siap guna menumbuhsuburkan dakwah pada masyarakat sekitar.
Menjadi seorang muwajjih bukan hanya soal mengajarkan Al-Qur’an, tetapi juga tentang dedikasi untuk memimpin, membimbing, dan memberikan inspirasi. Salah satu sosok inspiratif dalam peran ini adalah Irwansah Bin H Sampara Dg Nambung, seorang pemuda yang berhasil membuktikan bahwa semangat, kerja keras, dan kedekatan dengan Al-Qur'an mampu membawa manfaat besar bagi umat.
Inspirasi Irwansah: Dari Santri Menjadi Ustaz
Irwansah, seorang pemuda yang lahir pada 13 Oktober 1999 di Barocia, sebuah desa di Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa. Saat ini, aktif mengabdikan dirinya sebagai pengajar di FHQ An-Najm Jeneponto, sekaligus Imam di Masjid Arrahman, Passamaturukang. Kehidupan Irwansah sarat dengan dedikasi terhadap ilmu dan Al-Qur'an.
Perjalanan Irwansah dalam menghafal Al-Qur'an adalah kisah penuh perjuangan. Setelah lulus SMA pada tahun 2018, ia memutuskan untuk menimba ilmu di Pesantren Tahfidzul Qur'an Roudhotul Huffadz Jeneponto. Namun, pada awal 2019, ia keluar dari pesantren sebab ingin melanjutkan mimpinya untuk mengikuti seleksi kepolisian, tetapi tidak lulus karena buta warna. Keputusan ini menjadi titik balik yang membawa Irwansah kembali ke pesantren dan fokus menghafal Qur’an.
Dengan semangat dan tekad yang kuat, ia melanjutkan hafalannya meskipun di tengah pandemi Covid-19. Hingga akhirnya, pada tahun 2024, sebelum bulan Ramadan, ia berhasil mengkhatamkan hafalan 30 juz Al-Qur'an.
Motivasi dalam Menghafal Al-Qur'an
Irwansah selalu berpegang pada prinsip bahwa hafalan Al-Qur'an adalah amanah yang harus dijaga. Menurutnya, kunci utama dalam menghafal adalah:
- Usaha Maksimal dan Kesabaran: Menghafal membutuhkan ketekunan dan pengorbanan, termasuk meninggalkan keluarga untuk fokus pada hafalan.
- Murojaah yang Konsisten: Hal terpenting bukan hanya menghafal, tetapi juga menjaga hafalan dengan mengulangnya setiap hari.
- Melawan Rasa Malas: Ujian terberat seorang penghafal adalah melawan kemalasan.
- Target Harian: Membuat target harian, baik membaca tanpa melihat mushaf maupun membaca langsung dari mushaf.
"Hafalan itu tidak membutuhkan kita, tetapi kita yang membutuhkan hafalan."
Tips Menghafal Al-Qur'an ala Irwansah
- Rajin Membaca Al-Qur'an: Semakin sering dibaca, hafalan akan semakin melekat.
- Jaga Hafalan dengan Murojaah: Usahakan membaca setiap hari agar hafalan tetap terjaga.
- Fokus dan Niat Karena Allah: Hafalan Al-Qur'an bukan hanya untuk dunia, tetapi sebagai bekal akhirat.
Pesan untuk Generasi Muda Islam
Sebagai generasi muda Islam, Irwansah mengajak kita semua untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, ia berpesan, “berpegang teguhlah pada Agama Allah, jadikan iman sebagai fondasi hidup. Jadilah anak muda yang bisa bermanfaat bagi sesama dan niatkan karena Allah SWT.”
Setelah menghafal Al-Qur'an, Irwansah mengabdi sebagai pengajar (muwajjih) di FHQ An-Najm. Perannya sebagai muwajjih menunjukkan dedikasinya untuk terus berbagi ilmu dan membimbing umat menuju kebaikan. Tidak hanya itu, Irwansyah dijuluki sebagai Muwajjih serba bisa, karena pemuda ini memiliki kemampuan mengelas dan kelistrikan.
Kisah Irwansah adalah bukti nyata bahwa ketekunan, usaha maksimal, dan kedekatan dengan Al-Qur'an dapat membawa perubahan besar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Ia adalah inspirasi bagi generasi muda Islam untuk terus berusaha menjadi lebih baik, menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, dan memberikan manfaat bagi sesama.
Semoga secuil kisah dari Pesantren Roudhotul Huffadz Jeneponto ini menjadi motivasi untuk kita semua, khususnya dalam menjaga iman dan terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mari jadikan Al-Qur'an sebagai cahaya hidup kita. Sampai jumpa lagi pada Ekspedisi berikutnya, ya!
Posting Komentar
Posting Komentar